Kilas balik

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kalteng

1. Periode Awal IMM Kalimantan Tengah

Masuknya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Kalimantan Tengah dimulai sekitar tahun 1970-an, dibawa oleh mahasiswa-mahasiswa (kader) yang telah menempuh studi sarjananya di luar Kalimantan Tengah, salah satu kader tersebut adalah Ishak Sholeh yang ditugaskan menyebarkan IMM di Kalimantan Tengah. Dalam buku Kelahiran Yang Dipersoalkan karya Farid Fathoni AF tercantum nama Ishak Sholeh, ia merupakan kader IMM dari Kalimantan Barat yang terlibat dalam perkembangan IMM masa generasi penerus saat awal IMM berdiri, dalam susunan DPP IMM periode 1975-1978 ia termasuk dalam keanggotaan pusat kemudian mewakili Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Melalui data tersebut peneliti menyimpulkan bahwa kehadiran IMM di Kalimantan Tengah telah ada sejak tahun 1970-an.

 Sebelumnya, kader-kader yang telah menempuh studi sarjananya di luar Kalimantan Tengah tersebut pernah aktif ber-IMM atau sudah memiliki paham ideologi Muhammadiyah. Namun, saat itu IMM  belum teorganisir dengan baik, karena jumlah mahasiswa yang masih terbatas. Selanjutnya pada tahun 1987, ketika Universitas Muhammadiyah Palangkaraya berdiri, IMM di Kalimantan Tengah mulai menampakkan keberadaannya, salah satunya pada kurun waktu 1988-1991 sebagian dari mereka menjadi pengurus di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kalimantan Tengah. Kemudian pada tahun 1990 dilaksanakan Musda IMM Kalimantan Tengah untuk pertama kalinya dan berikut adalah nama-nama yang menginisiasi IMM Kalimantan Tengah dan peserta Musda I:

  1. Suhardi Sahlan
  2. H.M. Istani P. Yunus, S.H., M.A.P
  3. Mansur Ibrahim
  4. H. Ali Guntur RH., S.H
  5. Dede Turmudzin
  6. Hidayatullah

Dari hasil Musyda I terpilih Ali Guntur RH sebagai Ketua Umum DPD IMM Kalimantan Tengah, beliau memimpin IMM Kalimantan Tengah dari tahun 1990-1994, namun tim peneliti masih kesulitan dalam menentukan tanggal pastinya IMM berdiri. Sementara itu dokumen dan surat-surat yang masih tersimpan di sekretariat hanya dari periode 1998 saat kepemimpinan Ramli AT.

Setelah diadakannya Musda I pada tahun 1991 dibentuk PC IMM Palangka Raya dengan kepengurusan sebagai berikut:

  1. Ketua Umum : H.M. Istani P. Yunus, S.H., M.AP
  2. Wakil Ketua : Barid Riyanto
  3. Sekretaris : Dr. Muhammad Yusuf, S.Sos., M.A.P
  4. Wakil Sekretaris : Prof. Dr. M. Fatchurahman, M.Psi, M.Pd

Namun sayangnya tidak ditemukan lagi data-data mengenai keaktifan PC IMM Palangka Raya setelah periode tersebut.

Tahun 1994 dilaksanakan Musda II dan menghasilkan keputusan Ali Guntur RH kembali memimpin IMM Kalteng untuk periode 1994-1996. Setelah kepemimpinan Ali Guntur RH, dilaksanakan Musda III dan terpilihlah M. Saubari Kusmiran sebagai Ketua Umum DPD IMM Kalteng untuk periode 1996-1998. Kepemimpinan selanjutnya digantikan oleh Ramli AT untuk periode 1998-2000 pada Musda IV. Kemudian pada Musda V Sriyana terpilih menjadi Ketua Umum DPD IMM Kalteng untuk periode 2000-2002. Selanjutnya Heri Pauzi, S.Sos menggantikan kepemimpinan Sriyana pada Musda VI untuk periode 2002-2004. Pada tahun tersebut dilaksanakan pula Musyawarah Cabang (Muscab) I dan terpilih Huzaifah, S.Sos. sebagai Ketua Umum. Ketika IMM Kalteng sempat vakum Heri Pauzi masih memimpin di DPD IMM Kalteng begitupun dengan PC IMM Kalteng yang masih dipimpin oleh Huzaifah. 

Semangat dalam berorganisasi terus bergejolak pada masa itu, mahasiswa-mahasiswa membawa perubahan besar melalui IMM Kalimantan Tengah. Mereka tidak hanya berdiam diri menyaksikan dinamika yang terjadi di negara ini, mereka turut serta dalam menyuarakan pendapat, salah satunya ketika peristiwa pelengseran Presiden Soeharto kader IMM turut serta melakukan unjuk rasa, kemudian perubahan yang sangat fenomenal adalah ketika IMM Kalimantan tengah berhasil merubah almamater kampus UMPR yang mana saat itu masih berwarna krem dan tidak bisa dirubah karena alasan statuta. 

Mereka memiliki gagasan bahwa IMM haruslah memiliki ciri khas tersendiri, jika almamater saja masih sama seperti kampus lain, bagaimana masyarakat akan mengenali identitas mereka dan mengenal IMM. Kebaradaan dan eksistensi suatu organisasi sangatlah penting, untuk menjalin sebuah hubungan dan melindungi jati diri serta menarik kader, oleh karenanya sangat perlu adanya sebuah tanda pengenal. Perubahan almamater ini memuat berbagai kontroversi di kalangan mahasiswa, terutama setelah kader IMM Kalimantan Tengah mulai bertambah setelah diadakannya DAD yang pertama. Setelah pasca Musda ke-11 DPD IMM Kalteng berusaha keras untuk memerahkan kampus. 

Melalui data yang didapat dari wawancara Huzaifah Hampir 10 tahun sejak UMPR berdiri almamater mereka berwarna krem. Kemudian bersama rekannya, Heri Pauzi dan mahasiswa lainnya termasuk Yandi Novia, mereka sebagai perwakilan IMM dan BEM mengadakan pertemuan dengan rektor, wakil rektor, dan para dekan. Dibukalah forum diskusi mengenai statuta perguruan tinggi Muhammadiyah dan menghasilkan keputusan bahwa almamater mahasiswa harus berwarna merah, hal tersebut termasuk dalam ciri khas IMM itu sendiri karena saat itu mahasiswa yang masuk UMPR secara otomatis menjadi anggota IMM meskipun hal ini juga memuat berbagai kontroversi, bahwa menjadi kader IMM tidak sesederhana hanya memakai jas merah saja, menjadi kader IMM perlu tahapan yaitu harus melakukan DAD terlebih dahulu tidak ujug-ujug menjadi kader begitu saja. Maka UMPR pada tahun 2011-an resmi merubah almamater mereka menjadi warna merah. 

IMM Kalimantan Tengah terus bergerak aktif dalam lingkup kemahasiswaan dan kemasyarakatan dengan menciptakan inovasi yang membuat eksistensi mereka menanjak sekaligus membantu masyarakat sekitar, yaitu dengan menciptakan radio mahasiswa bernama Wika FM (Wahana Informasi Kampus). Radio tersebut tidak hanya eksis di tengah mahasiswa, namun masyarakat juga ikut merasakan manfaatnya. Selain radio juga ada koperasi yang menjadi salah satu sarana mahasiswa dalam mengembangkan skill berwirausaha

Kegiatan kemahasiswaan terus berkembang dan menggembirakan, didukung dengan adanya IMM  Kalimantan Tengah yang terus aktif mengadakan berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan paling besar dan fenomenal yang IMM Kalimantan Tengah laksanakan adalah seminar calon walikota Palangka Raya. Mereka dengan keberaniannya mengundang seluruh calon-calon walikota dan semuanya berhadir meski fasilitas yang terbilang masih kurang tak menjadikan IMM minder dan tetap melaksanakan program kerja unggulan ini. 

Selain itu kegiatan yang ada di dalam kampus juga terus berjalan, seperti Rektor Cup dan Dekan Cup yang didanai langsung oleh universitas. Perlombaan seperti futsal, menyanyi, dan peragaan busana diikuti oleh seluruh mahasiswa yang ada di UMPR. Dari kegiatan-kegiatan ini berhasil mencetak mahasiswa yang berprestasi. Kemudian diadakan pula Student Day yaitu hari khusus untuk mahasiswa melakukan berbagai kegiatan, saat itu dilaksanakan pada sabtu sore dan tidak boleh ada dosen yang memakai hari tersebut untuk melaksanakan kegiatan perkuliahan.

2. Masa Kevakuman IMM Kota Palangka Raya

 IMM Kalimantan Tengah sempat vakum pada tahun 2000-an, menurut narasumber yang peneliti temui IMM mulai vakum dari tahun 2004-an setelah masa kepemimpinan DPD IMM Kalteng Heri Pauzi dan PC IMM Kalteng Huzaifah, S.Sos. Kendatipun demikian selama vakum kepemimpinan IMM masih dipegang oleh mereka, dan pada tahun tersebut telah berdiri Pimpinan Komisariat yang pertama di Palangka Raya periode 2004-2005 yaitu Pimpinan Komisariat (PK) IMM UMPR dengan Ketua Umum Alpian Alpritman.

Faktor yang mempengaruhi vakumnya IMM Kalimantan Tengah adalah karena sulitnya mendapatkan kader pada saat itu. Hampir 90% mahasiswa yang berkuliah di UMPR sudah berumur dan rata-rata adalah pekerja. Mahasiswa yang murni baru lulusan SMA hanya sedikit. Sebagai contoh di dalam satu kelas ada 25 mahasiswa 5 diantaranya yang hanya baru lulus SMA, selebihnya adalah para pekerja yang sudah berumur. Kemudian perkuliahan dimulai dari setelah ashar sampai setelah maghrib, sedangkan waktu paginya digunakan untuk bekerja. Hal ini yang menjadikan kegiatan pengkaderan IMM sulit untuk dijalankan.

Faktor lain yang mempengaruhi vakumnya IMM di Palangka Raya adalah karena organisasi kemahasiswaan yang ada di Kalimantan Tengah tidak hanya IMM, sedangkan SDM pada waktu itu terbilang kurang maka IMM harus bersaing dengan organisasi lain untuk mendapatkan kader. IMM dengan tegas menolak organisasi selain ortom Muhammadiyah yang dianggap mengganggu di kampus, karena jika dibiarkan semakin lama akan menjadi boomerang tersendiri untuk IMM. Disaat perkaderan sulit dijalankan maka usaha IMM untuk saat itu adalah dengan mempertahankan IMM dan ideologinya agar tetap hidup di dalam kampus. Selain SDM masalah pendanaan juga menjadi salah satu kesulitan IMM dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan.  

Jika dibandingkan dengan saat ini yang serba mudah karena adanya teknologi yang memadai, maka dahulu mahasiswa IMM harus lebih ekstra dalam bekerja, salah satunya ketika membuat spanduk untuk pengkaderan harus menggunakan cat dan menggambar desainnya sendiri. Meski terbilang vakum IMM Kalimantan Tengah bukan berarti benar-benar mati, karena kepengurusan di DPD IMM Kalimantan Tengah sudah ada, hanya saja kepengurusan di kota tidak berjalan karena tidak ada yang melanjutkan estafet kepemimpinan. 

Untuk kegiatan perkaderan formal seperti sekarang memang tidak bisa berjalan karena beberapa faktor yang telah dijelaskan di atas, namun untuk kegiatan-kegiatan lain tetap berjalan terlebih kegiatan yang menyangkut religiusitas, banyak kader IMM yang ditugaskan menjadi khatib dan penceramah untuk masyarakat. IMM Kalimantan Tengah mencoba mengambil arah dengan berfokus pada kegiatan yang menggembirakan bagi kader. Melihat dari SDM yang kurang mendukung seperti lebih banyaknya mahasiswa yang berumur maka IMM memilih untuk mempertahankan eksistensinya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan non formal.

Proses perkaderan pada saat itu tidaklah mudah, rintangan yang dilalui lebih kompleks dimana saat itu terdapat organisasi besar lainnya yang juga berusaha menarik para kader. Hingga kemudian kader yang ada di IMM pun juga dimasuki kader dari organisasi lain di luar kampus atau merangkap jabatan di organisasi mahasiswa internal. 

3. Perkembangan IMM Kalimantan Tengah

Tahun 2007 awal dari kembali aktifnya IMM di kota, proses perkaderan mulai berjalan dan kembali eksis pada tahun 2010-an. Perjalanan bangkitnya IMM di Kalimantan Tengah juga tidak lepas dari peran besar Pendidikan Kader Ulama Muhammadiyah (PKUM) UMPR. Saat itu lima mahasantri PKUM diberikan mandat oleh PWM Kalimantan Tengah untuk mengikuti Darul Arqam Dasar (DAD) IMM Tahun 2010 di Pelaihari Kalimantan Selatan. PWM Kalimantan Tengah masa itu diketuai oleh Ayahanda Drs. H. Muchtar, M.Si dan Rektor UMPR dipimpin oleh Dr. Jairi, M.Pd. adapun lima mahasiswa tersebut adalah Priyono, Saiun, Muhammad Fitriani, Dudut Unggi, dan Gunawan Abdi. 

Setelah mengikuti DAD mereka diamanahkan untuk mengaktifkan kembali IMM di Palangka Raya. Dilaksanakan pula Musda XI IMM Kalimantan Tengah pada tanggal 25-26 September 2011 di Gedung LPTQ yang dihadiri oleh perwakilan Komisariat UMPR, PC IMM Palangka Raya, perwakilan STAIN dan UMP cabang Kasongan serta Bendahara Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ulul Azmi periode 2010-2012. Di Musda ini menghasilkan keputusan Priyono sebagai Ketua Umum periode 2011-2013 menggantikan Heri Pauzi, S.Sos ditemani Yandi Novia sebagai Sekretaris Umum.

Untuk pertama kalinya setelah vakum mereka melaksanakan DAD perdana pada tanggal 11-13 September 2011 di Palangka Raya yang bertempat di Anjungan Kotim, Jl. Temanggung Tilung. Kegiatan tersebut diikuti oleh mahasiswa UMPR dan tiga mahasiswa STAIN Palangkaraya. Kegiatan tersebut menjadi awal mula kembali aktifnya IMM di Kalimantan Tengah, setelah melaksanakan DAD mereka mulai mendirikan Komisariat IMM di UMPR sebagai awal program kerja IMM setelah masa vakum yang cukup lama. 

Saat itu setelah Kanda Huzaifah lulus lama dari universitas beliau bersama kader IMM lainnya dipanggil oleh wakil rektor untuk berdiskusi mengenai kelanjutan IMM. Kemudian dilaksanakan pula Muscab II MM Kalimantan Tengah, Gunawan Abdi, S.HI. terpilih untuk kepemimpinan selanjutnya menggantikan Huzaifah, setelah masa vakum yang lama dan dibentuklah korkom yang memang pada masa sebelumnya tidak berjalan karena aturan di kampus.

Di periode kepemimpinan Priyono berhasil mendirikan Komisariat STAIN Palangka Raya yang sekarang berubah menjadi IAIN Palangka Raya. Pada periode awal terpilih Jaemi Wahyudi sebagai Ketua Umum dan Evan Bastian sebagai Sekretaris Umum. Disusul dengan berdirinya PC IMM Kotawaringin Timur yang dipimpin oleh Abdur Rahim, S.Pd. (di buku kelahiran yg dipersoalkan, pc IMM sudah ada sejak lama, namun dari data yg didapat PC IMM kotim berdiri 2011-an) kemudian berdiri juga komisariat persiapan di Kapuas.

Seiring waktu dalam perkembangannya, pada tahun 2013 dilaksanakan Musda XII dan terpilih Yandi Novia sebagai Ketua Umum periode 2013-2015  ditemani Rakhdinda Dwi Artha Qairi sebagai Sekretaris Umum. Di periode ini resmi berdiri PC IMM Kapuas dengan Ketua Umum Muhammad Rifa’i, S.Pd dan PC IMM Seruyan diketuai oleh Sumirat. 

Musda XIII selanjutnya dilaksanakan pada tahun 2015 di Aula PWM Kalimantan Tengah  dan terpilihlah Rakhdinda Dwi Artha Qairi sebagai Ketua Umum 2016-2018, namun belum sampai selesai masa jabatannya, ditengah periode tahun 2017 beliau mengundurkan diri kemudian pada pleno DPD IMM Kalimantan Tengah Evan Bastian resmi menggantikannya sebagai Ketua Umum 2017-2018. Pada masa kepemimpinan Evan di tahun 2017 resmi dibentuk PC IMM Barito Utara dengan Ketua Umum Devie Frisnanda. Menyusul dikukuhkannya PC IMM Katingan dengan Ketua Umum Hendrik Setiawan. 

Tahun 2018 kembali dilaksanakan Musda XIV di Kasongan, Kabupaten Katingan untuk mengakhiri masa jabatan Evan Bastian. Saat itu dihadiri oleh PC IMM Kota Palangka Raya, PC IMM Kotawaringin Timur, PC IMM Kapuas, PC IMM Pulang Pisau, PC IMM Katingan, PC IMM Seruyan, dan peninjau dari Kotawaringin Barat. Sedangkan PC IMM Barito Utara tidak turut berhadir pada saat itu. Musda 2018 menghasilkan keputusan Kurniawan sebagai Ketua Umum DPD IMM Kalimantan Tengah 2018-2022. Kepemimpinan ia cukup lama dikarenakan saat itu memasuki masa Covid-19

IMM Kalimantan Tengah terus aktif meskipun saat itu Indonesia sedang dilanda Covid-19. Hal tersebut sama sekali tidak melemahkan gerakan IMM di kalimantan Tengah, kegiatan-kegiatan dari PC maupun Komisariat terus berjalan meski melalui daring. Justru melalui musibah tersebut kita dapat mengambil hikmah bahwa IMM juga memiliki kemampuan inovatif dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Tahun 2022 setelah masa Covid-19 kembali dilaksanakan Musda VX di Kota Palangka Raya tepatnya di Aula Utama UMPR tanggal 16-18 Maret 2022 dan terpilih Dagor Tri Setyo sebagai Ketua Umum 2022-2024, ditemani Fahmi Nurrahman sebagai Sekretaris Umum, dan Yusuf Iqbal Setia sebagai Bendahara Umum untuk periode 2022-2024.

Berikut adalah Ketua Umum IMM Kalimantan Tengah dari awal periode:

  1. H. Ali Guntur RH., S.H (1990-1994) MUSYDA I
  2. H. Ali Guntur RH., S.H (1994-1996) MUSYDA II
  3. M. Saubari Kusmiran (1996-1998) MUSYDA III
  4. Ramli AT (1998-2000) MUSYDA IV
  5. Sriyana, S.Sos., M.AP (2000-2002) MUSYDA V
  6. Heri Pauzi, S.Sos (2002-2004 & 2004-2011) MUSYDA VI, VII, VIII, IX, X
  7. Priyono, S.HI., M.H (2011-2013) MUSYDA XI
  8. Yandi Novia, S.Sos (2013-2015) MUSYDA XII
  9. Rakhdinda Dwi Artha Qairi, S.Pd., M.AP (2016-2017) MUSYDA XIII
  10. Evan Bastian, S.Pd (2017-2018)
  11. Kurniawan, S.Pd (2018-2022) MUSYDA XIV
  12. Dagor Tri Setyo, SE (2022-2024) MUSYDA XV
  13. Aris Pratama Gunawan, S.H., M.Pd (2024-2026) MUSYDA XVI

Adapun Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Kota Palangkaraya yang diketahui sampai saat ini adalah sebagai berikut:

  1. Rahmat Maulana (2024-2025) MUSYCAB XI
  2. H. Huzaifah, S.Sos (2002-2012) MUSYCAB I
  3. Gunawan Abdi, S.HI (2012-2013) MUSYCAB II
  4. Novianto Eko Wibowo, S.Sos., M.AP (2013-2016) MUSYCAB III
  5. Zainal Abidin (2016-2017) MUSYCAB 1V
  6. Yusuf Iqbal Setia (2017-2018) MUSYCAB V
  7. Junaidi (2018-2019) MUSYCAB VI
  8. Fahmi Nurrahman (2019-2020) MUSYCAB VII
  9. Fahmi Nurrahman (2020-2021) MUSYCAB VIII
  10. Said Azmi, S.Sos (2021-2023) MUSYCAB IX
  11. Bagus Yustonie, S.Hut (2023-2024) MUSYCAB X